Selasa, 08 Juni 2010

LAHIR UNTUK RESPUBLIKA

SERIKAT MAHASISWA PEJUANG RAKYAT (SMPR)
UNIVERSITAS JANABADRA
LAHIR UNTUK Nasional, Demokrasi, Kerakyatan (NADEMKRA)

“Perjuangan Memang Selalu Melelahkan,
dan yang Melelahkan itu Belum Tentu Berbuah
Dan Jika Berbuah Belum Tentu Bisa Ikut Menikmati Hasilnya”
(Orang Bijak)

Revolusi adalah Praktek, Tugas pergerakan adalah menyusun penjelasan sistematis tentang revolusi sebagai tindakan melangsungkan pembebasan.
(Manifesto Politik FPPI)

Sebagai organisasi mahasiswa, Front Pemuda (FP) Universitas Janabadra, basis / Dewan Daerah Front Perjuangan Pemuda Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (DD FPPI DIY) tidak lahir begitu saja, tetapi lahir dari proses dialektika yang cukup panjang. Perjumpaan seperlawanan dan sepersekawanan dari pergerakan kampus di Yogyakarta pada era 1980-an dan awal 1990 seperti, Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi (KMPD) IAIN Sukijo, Tegak Grak Universitas Atma Jaya, (UAJY), Solidaritas Pemuda untuk Orang Pinggiran dan Kampus (SOPINK), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, , Keluarga Mahasiswa Ganesha (KMG) APMD, Tarekat Juang Muda (TAJAM) Universitas Sanata Dharma dan lain-lain yang kemudian bertemu untuk membuat PPPY. Meskipun demikian perbincangan tentang PPPY tidak bisa dilepaskan dari sejarah Gerakan Mahasiswa sebelumnya, yakni Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY) dan Dewan Mahasiswa dan Pemuda Yogyakarta (DMPY) sesudahnya.
Sedangkan sebelumnya pergerakan di Universitas Janabadra di era akhir 1980-an adalah Ikatan Mahasiswa Janabadra (IMJ) /baca : Penakluk rezim Orba) yang tergabung dalam DMPY (Dewan Mahasiswa dan Pemuda Yogyakarta), dan dalam perkembangannya pergerakan di Universitas Janabadra muncul generasi baru dan organisasi tersebut beruba menjadi Kesatuan Perjuangan Mahasiswa Janabadra (KPMJ) pada tahun 1997, yang tergabung dalam PPPY (Persatuan Perjuangan Pemuda Yogyakarta) yang menjadi embrio FPPI secara nasional pada umumnya merupakan pergerakan yang lahir dari pembangunan jaringan organ-organ pergerakan kota, yang banyak melakukan kerja-kerja advokasi, misalnya Kedungombo, Probolinggo, Wedoro Anom dll. Sedangkan dalam bentuk aksi secara nasional pernah diwujudkan lewat aliansi dengan organ yang tergabung dalam FAMI (Front Aksi Mahasiswa Indonesia) 1993 yang pada saat itu terkenal dengan “Petaka Demokrasi” dimana 21 mahasiswa ditangkap dan dipenjara. Hingga pada tahun 1996 keterlibatan pergerakan di UJB yang menjadi kantong PPPY kembali dilakukan aliansi masing-masing kota dengan membuat nama KBM (Kelompok Bermain Mahasiswa) yang dimaksudkan untuk menyikapi kejahatan politik Orde Baru terutama menjelang pemilu, dimana memunculkan istilah GEMA GOLPUT’ 97 (Gerakan Mahasiswa Golongan Putih). Disamping itu pergerakan KBM terus melakukan kerja-kerja advokasi kasus daerah. Mengingat situasi dinamika gerakan yang terus berjalan maka akhirnya KBM berubah menjadi FPPI yang melakukan Konggres pada Maret 2000 di Yogyakarta. Dan PPPY kemudian tergabung dalam FPPI yang dalam konteknya menjadi Dewan Daerah FPPI DIY.
Pada reformasi ’98 PPPY ikut ambil bagiandengan memunculkan komite aksi bernama Front Aksi Mahasiswa Peduli Rakyat (FAMPERA). Konsekuensi dari FAMPERA adalah segera turun jalan meski harus berhadapan dengan blokade aparatus represif dan kohesif Negara Orde Baru (NOB). Usaha FAMPERA mempertemukan segenap kekuatan kemudian menghasilkan aksi sejuta massa dalam Pisuwanan Agung Tahta untuk Rakyat pada 20 Mei 1998 di Alun-alun Utara Yogyakarta, dimana esoknya Soeharto turun.
Dengan demikian, harus ada usaha radikal dari kalangan mahasiswa maupun pergerakan. Yang dibutuhkan sekarang ini adalah proses gerakan revolusioner untuk mengakhiri omong kosong penguasa dan basa-basi kelompok elit reaksioner. Dengan itu lahir sebuah gerakan pasca ’98 yang bernama Front Pemuda (FP – UJB) pada tahun 1999. Dari proses dialektikanya pergerakan di UJB dengan menghadapi situasi kampus maupun negara untuk mengawal cita-cita reformasi, sampai jatuhnya presiden KH Abdurrahman Wahid turun dari Tahta Singgasana. Situasi pro kontra Gus Dur saat itu membuat pergerakan di UJB masih tetap bertahan, meskipun dalam keadaan tiarap (baca : runtuhnya). Demi inilah SERIKAT MAHASISWA PEJUANG RAKYAT (SMPR) UNIVERSITAS JANABADRA basis DD FPPI DIY lahir.

SEJARAH, JARINGAN DAN TRADISI
Menjadi revolusioner bukan berarti terburu-buru. Revolusioner sejati bukanlah memaksakan suatu guidelines perubahan berdasar pada asumsi dalam menguasai alat sosial sumber penindasan. Begitu pula SMPR - UJB, kehadirannya sama sekali tidak mematok satu sejarah menjadi cita-cita.
Kemunculan Serikat Mahasiswa Pejuang Rakyat (SMPR – UJB) basis DD FPPI DIY memang tak pernah dianggap formal, sehingga organ/Serikat Mahasiswa ini tidak begitu dikenal oleh banyak orang. Serikat Mahasiswa Pejuang Rakyat (SMPR – UJB) basis DD FPPI DIY digagas di pertengahan bulan Oktober 2001 dalam Konggres FP - UJB di Sekretariat, Paingan “Kontrakannya Lolo” Yogyakarta setelah diskusi panjang “Menghitung Kekuatan Mahasiswa, dan Konggres FP-UJB (menjadi SMPR-UJB tahun 2001)”.
Kelahiran SMPR – UJB basis DD FPPI DIY adalah untuk menyikapi kuatnya apatisme, hedonisme, mahasiswa dan hegemoni, korporatisme negara dan menampik penetrasi yang memandulkan daya kritis dan radikalisme kaum muda (mahasiswa). Embrio kelahiran SMPR adalah dari dialektika pergerakan yang cukup panjang di UJB dari IMJ, menjadi KPMJ dan FP – UJB tahun 1999
Jaringan dari SMPR - UJB adalah KMPD (Keluarga Mahasiswa Pecinta Demokrasi) UIN Sunan Kalijaga, Sopink UMY, Djong Atma Jaya, TAJAM, Universitas Sanata Dharma, SeMuD UGM, KOMIK UPN, Basis Perjuangan UNY, UTY, UII, UST, dll.
Meski belum mapan, penyebaran gagasan Nasional Demokrasi Kerakyatan (Nademkra) yang berpijak kepada sikap independen adalah tradisi yang terus menerus diperkuat oleh SMPR lewat kerja-kerja ditingkatan kampus. Bagi Serikat Mahasiswa Pejuang Rakyat, yang terpenting adalah gagasan membangun Indonesia Raya menuju demokrasi sejati yang sanggup mengakomodir kepentingan semua pihak dan golongan dan juga keberpihakan kepada masyarakat yang dilemahkan oleh sistem negara.

KERJA – KERJA PERGERAKAN
Situasi obyektif negara yang masih diliputi oleh ketidakadilan kepada rakyat sebagai pemegang kuasa atas negara tentunya harus disikapi dengan sebuah langkah yang teratur sekaligus revolusioner. Kepemilikan atas modal dan alat produksi oleh rakyat merupakan keniscayaan yang harus segera diwujudkan.
Kerja-kerja organisasi merupakan langkah –langkah yang selama ini dilakukan oleh SMPR – UJB basis DD FPPI DIY tahun 1999 ketika masih menjadi embrio, SMPR telah melakukan berbagai intensifikasi diskusi wacana, ideologisasi, eksperimentasi, advokasi, merupakan sebagian dari realisasi dari cita-cita besar Serikat Mahasiswa Pejuang Rakyat (SMPR – UJB).
Selain hal tersebut, penyikapan terhadap situasi politik yang masih mencerminkan kekuasaan yang tidak berujung pangkal dan tidak mempunyai keberpihakan terhadap rakyat juga menjadi program politik dari Serikat Mahasiswa Pejuang Rakyat (SMPR – UJB). Dengan berdasar pada dua aras tersebut, maka wajib adanya ; Mendidik Rakyat Dengan Pergerakan dan Mendidik Penguasa Dengan Perlawanan.

PROGRAM PERJUANGAN
1. Membangun kesadaran kolektif mahasiswa
2. Menciptakan politik kampus yang demokratis.
3. Mengukuhkan kuasa rakyat atas tanah,air dan udara.
4. Ekonomi berkeadilan
5. Bangsa yang beradab dan berpandangan kerakyatan
6. Penyadaran rakyat atas hak-haknya.

Karena perubahan dikodratkan bagi keadilan tak hanya menjadi isu semata, maka perjuangan untuk penegakan demokrasi sejati membutuhkan keseriusan dari kaum yang menjunjung tinggi azas masyarakat sipil.

“Penindasan Adalah Kebisuan yang Diidap Setiap Orang
dan Pemberontakan Terhadapnya Adalah Bahasa Semua Bangsa”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar